MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
“KETAHANAN NASIONAL DI
BIDANG SOSIAL BUDAYA”
“PENGKLAIMAN BUDAYA
INDONESIA OLEH MALAYSIA”
DISUSUN OLEH KELOMPOK 8:
1.
DIAN INDAH LESTARI
2.
DWI ASTUTI
3.
HARIADI
4.
MUNAWIR NURSYAHROBBY
5.
NURJANAH
6.
RINA ANGGRAINA
MATA KULIAH : PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
DOSEN PENGAMPU : Drs. M.
SALAM,M.Si.
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT. berkat rahmat dan hidayah-Nya lah penulis bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul KETAHANAN NASIONAL DIBIDANG SOSIAL
BUDAYA.
Penulisan makalah ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas pendidikan kewarganegaraan. Dan sebagai syarat
mengikuti ujian.
Makalah ini membahas
tentang struktur dan kondisi sosial budaya yang ada di Indonesia dan
kasus-kasus pengklaiman budaya Indonesia Negara Asing. Didalam makalah ini juga
diulas berbagai pengklaiman Malaysia terhadap Indonesia dan sebab-sebab
pengklaiman itu terjadi.
Penulis mengucapkan
terimakasih kepada dosen pendidikan kewarganegaraan yang telah membimbing
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Tak lupa pula penulis
juga mengucapkan termakasih kepada teman-teman yang telah memberikan
konstribusi ilmu sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca. Semoga makalh ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya para pemuda
yang saat ini telah menggeser budaya Indonesia dengan tekhnologi komunikasi dan
pengaruh globalisasi.
Jambi, November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar……………………………………………………………………
Daftar
Isi ………………………………………………………………………….
Bab I
Pendahuluan ……………………………………………………………….
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………..
1.2 Perumusan Masalah …………………………………………………………..
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………...
1.4 Manfaat ………………………………………………………………………..
Bab II
Pembahasan ………………………………………………………………..
2.1
Ketahanan Nasional di Bidang Sosial Budaya …………..………………………
2.2 Aspek
Sosial Budaya …………………………………………………………….
2.2.1
Struktur Sosial di Indonesia ……………………………………………………
2.2.1
Kondisi Budaya di Indonesia ………………………………………………….
2.3
Pengklaiman Malaysia Terhadap Budaya Indonesia …………………………….
Bab III
Penutup …………………………………………………………………….
3.1
Kesimpulan ……………………………………………………………………….
3.2 Saran
………………………………………………………………………………
Daftar
Pustaka ……………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia terkenal sebagai bangsa yang luhur. Memiliki
keragaman budaya yang tersebar di pelosok-pelosok nusantara. Dari kesenian,
adat-istiadat hingga makanan melekat mewarnai keragaman bangsa ini. Tidak heran
jika begitu banyaknya budaya yang kita miliki, justru membuat kita tidak
mengetahui apa saja budaya yang ada Indonesia. Bahkan kita sendiri pun sebagai
generasi muda terkadang melupakan budaya daerah kita. Ironis memang, orang
Indonesia tetapi tak tahu ciri khas bangsanya sendiri. Lihat diri kita
masing-masing, sebetulnya kita jugalah yang tidak mau tahu akan keluhuran
budaya sendiri. Ketertarikan budaya yang semakin meluntur juga sangat nampak
pada diri generasi muda saat ini. Salah satunya karena globalisasi.
Menyinggung era globalisasi, tentu juga akan
berpengaruh pada dinamika budaya di setiap negara. Khususnya di Indonesia, hal
ini bisa dirasakan dan sangat menonjol nampaknya. Begitu bebas budaya yang
masuk dari berbagai arus kehidupan. Pribadi yang ramah-tamah juga sangat
mendukung masuknya berbagai budaya tersebut. Ditambah lagi generasi muda kita
yang terkesan bosan dengan budaya yang mereka anggap kuno. Namun, masuknya
budaya dari luar justru kerap berimbas buruk bagi bangsa ini. Misalnya budaya
berpakaian, gaya hidup (life style), segi iptek, maupun adat-istiadat. Kesemua
itu berdampak sangat buruk dan dengan mudah dapat menggeser budaya asli
Indonesia.
Kita sebenarnya belum siap menerima era globalisasi.
Gaya hidup kita semakin menjurus ke arah barat yang individual dan liberal.
Budaya gotong-royong pun semakin memudar. Dari segi iptek, sebagian besar juga
berdampak buruk bagi kita. Yakni penyalahgunaan teknologi kerap kali terjadi.
Kemudian, belum ada filterisasi budaya yang masuk. Begitu mudah budaya masuk
tanpa ada penyaringan kesesuaian dengan budaya asli kita. Akibatnya kita
seperti berjalan mengikuti perkembangan zaman yang semakin modern. Tetapi
sayangnya budaya luhur yang dulu melekat dalam diri, perlahan semakin
menghilang. Parahnya, budaya daerah yang ada dan kita junjung tinggi justru
semakin kita abaikan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Ketahanan
Nasional?
2. Apa yang dimaksud dengan Sosial
Budaya?
3. Apa kasus dari penganalisisan Sosial Budaya?
1.3 Tujuan
1. Untuk menyelesaikan syarat tugas dan
ujian program studi Kewarganegaraan.
2. Untuk menambah pengetahuan tentang
Ketahanan Nasional di Bidang Sosial Budaya.
3. Untuk menganalisis permasalahan di
dalam Sosial Budaya di Indonesia.
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan
Kewarganegaraan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui permasalahan dalam Sosial
Budaya.
3. Mahasiswa dapat mengetahui
keterkaitan antara Ketahanan Nasional dan Sosial Budaya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Ketahanan Nasional di Bidang Sosial Budaya
Ketahanan
dibidang sosial budaya diartikan sebagai kondisi dinamik yang berisi keuletan
dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional
didalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman,gangguan, hambatan dan
tantangan baik yang datang dari dalam maupun luar. Yang langsung maupun tidak
langsung membahayakan kelangsungan kehidupan sosial budaya bangsa dan Negara RI
yang berdasarkan Pancasila dan UUD1945.
2.2 Aspek
Sosial Budaya
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara
relatif mandiri hidup bersama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu,
memiliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam
kelompok tersebut.
Manusia mengembangkan kebudayaan tidak lain sebagai
upaya mempertahankan kelangsungan hidupnya menghadapi berbagai tantangan yang
muncul dari lingkungannya untuk kemudian mewujudkan kehidupan yang lebih baik.
Karena itulah dapat dikatakan bahwa kebudayaan merupakan wujud tanggapan aktif
manusia terhadap tantangan yang datang dari lingkungan.
Aspek sosial biasanya mengacu pada masalah struktur
sosial dan pola hubungan sosial yang ada di dalamnya, sedangkan kalau kita
bicara aspek budaya, mengacu pada kondisi kebudayaan yang ada dalam masyarakat
yang bersangkutan. Atas dasar itu, maka hal tersebut akan dibicarakan dalam
bahasan berikut.
2.2.1
Struktur Sosial di Indonesia
Struktur
masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang bersifat unik. Secara
horizontal ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan berdasarkan perbedaan
suku-bangsa, agama, adat, serta perbedaan kedaerahan. Secara vertikal struktur
masyarakat Indonesia ditandai oleh perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan
atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.
Pluralitas
masyarakat Indonesia yang bersifat multi dimensional telah menimbulkan
persoalan tentang bagaimana masyarakat Indonesia terintegrasi secara
horizontal, sementara sratifikasi sosial sebagaimana terwujud pada masyarakat
Indonesia akan memberi bentuk pada integrasi. Oleh karena itulah maka timbul
persoalan yang timbul dari struktur masyarakat Indonesia yang demikian adalah
bagaimana masyarakat Indonesia terintegrasi pada tingkat nasional sehingga
menunjang penciptaan ketahanan nasional yang mantap.
2.2.2
Kondisi Budaya di Indonesia
Lapisan sosial
yang berbeda membawa perbedaan perilaku kebudayaan yang diwujudkan dalam
keadaan tertentu seperti bahasa yang digunakan, kebiasaan berpakaian, kebiasaan
konsumsi makanan dan sebagainya. Semua itu menambah keanekaragaman tampilan
budaya masyarakat Indonesia.
Kebudayaan
baru yang lebih penting daripada kebudayaan-kebudayaan lain dalam mewujudkan
persatuan dan kesatuan bangsa adalah kebudayaan nasional atau kebudayaan
Indonesia. Kebudayaan ini tidak sama dengan kebudayaan daerah tertentu tidak
sama artinya dengan penjumlahan budaya-budaya daerah di kepulauan Indonesia.
Apa yang
disebutkan kebudayaan bangsa dalam penjelasan UUD 1945 dirumuskan sebagai
puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah si seluruh Indonesia. Perkataan
puncak-puncak kebudayaan itu artinya adalah kebudayaan yang diterima dan
dijunjung tinggi oleh sebagian besar suku-suku bangsa di Indonesia dan memiliki
persebaran di sebagian besar wilayah Indonesia.
2.3
Pengklaiman Malaysia Terhadap Budaya Indonesia
Pada zaman
era presiden soekarno, pengklaiman beberapa wilayah indonesia yaitu Sipadan
Ligitan juga Blok Ambalat oleh Malaysia pernah membuat hubungan antar kedua
negara ini menjadi cukup tegang hingga muncul istilah “Ganyang Malaysia”.
Seiring dengan redanya isu tersebut, muncul kembali kasus yang membuat negara
indonesia terusik dan teganggu dengan pengklaiman berbagai kebudayaan indonesia
oleh negara tetangga Malaysia. Dahulu kasus pengklaiman wilayah indonesia tak
cukup menjadikan kedua negara ini bermasalah dan beritanya hilang seiring
berjalannya waktu
Namun,
beberapa waktu yang lalu kembali terdengar mengenai pengklaiman beberapa
kebudayaan asli indonesia oleh Malaysia diantaranya adalah batik tulis, wayang
kulit, lagu rasa sayange, angklung, reog ponorogo hingga makanan khas minang dari
salah satu wilayah indonesia yaitu rendang di klaim berasal dari Malaysia.
Sungguh mengherankan bukan, dari mulai wilayah hingga menu makanan khas
Indonesia diklaim sebagai kebudayaan Malaysia. Apakah Malaysia tidak memiliki
kebudayaan, sampai-sampai dalam berbagai aspek kebudayaan indonesia diklaim
sebagai miliknya!!
Lalu kasus
Reog Ponorogo, yang waktu itu mengakibatkan terjadinya berbagai demonstrasi di
Indonesia. Salah satunya yaitu demonstrasi yang dilakukan di depan kedubes
malaysia oleh para “warok” dan para budayawan reog ponorogo yang tidak terima
dengan pengklaiman Malaysia atas Reog Ponorogo dengan nama Barongan. Kasus ini
cukup menarik perhatian dari berbagai pihak dan masyarakat, khususnya dari
pemerintah kabupaten Ponorogo yang tidak terima dengan pengklaiman tersebut.
Karena pemerintah kabupaten Ponorogo sebenarnya telah mendaftarkan tarian reog
ponorogo sebagai hak cipta milik Kabupaten Ponorogo yang tercatat dengan nomor
026377 tertanggal 11 Februari 2004 dan disaksikan langsung oleh Menteri Hukum
dan HAM RI.
Konon awal
mulanya isu ini, kesenian Reog Ponorogo dibawa oleh TKI yang bekerja di
Malaysia yang sering mengadakan pertunjukan tarian Reog Ponorogo untuk
memperkenalkan kebudayaan Indonesia tetapi polisi Malaysia memberikan syarat jika
reog tetap ingin dimainkan maka namanya harus diubah menjadi “Singa Barongan
UMNO”.
Kasus lain
yang cukup menghebohkan, yaitu diklaimnya Batik Tulis kita sebagai karya seni
yang berasal dari Malaysia. Seni batik ini sudah diwariskan oleh nenek moyang
kita dari mulai kerajaan Majapahit dan hingga di gunakan sebagai pakaian untuk
para Raja di dalam kerajaan. Dan Malaysia pun mungkin iri dan ingin memiliki
batik indonesia untuk diperkenalkan kepada dunia bahwa Batik merupakan karya
seni yang berasal dari Malaysia. Hingga pada akhirnya pemerintah indonesia
menetapkan tanggal 02 oktober sebagai hari Batik Indonesia..
Keberagaman budaya yang dimiliki oleh negara
Indonesia sering kali mengundang perhatian dari negara – negara lain untuk
ingin tahu lebih dalam tentang keunikan – keunikan budaya yang kita miliki.
Indonesia terkenal sebagai bangsa yang luhur. Memiliki keragaman budaya yang
tersebar di pelosok-pelosok nusantara. Dari kesenian, adat-istiadat hingga
makanan melekat mewarnai keragaman bangsa ini. Tidak heran jika begitu
banyaknya budaya yang kita miliki, justru membuat kita tidak mengetahui apa
saja budaya yang ada Indonesia. Bahkan kita sendiri pun sebagai generasi muda
terkadang melupakan budaya daerah kita. Sangat ironis rasanya, orang Indonesia
tetapi tidak mengenal ciri khas bangsanya sendiri. Ketertarikan budaya yang
semakin meluntur juga sangat nampak pada diri generasi muda saat ini.
Lantas apa
saja yang menyebabkan terjadinya pengklaiman budaya oleh negara – negara lain?
v
Adapun
faktor – faktor penyebabnya adalah sebagai berikut :
·
Pengklaiman
budaya kita oleh Malaysia
1.
Karena adanya kesamaan antara suku dan ras masyarakat
indonesia dengan malaysia
2.
Faktor bisnis (terutama pengenalan visit malaysia
kepada masyarakat dunia).
3.
Faktor perkembangan masyarakat yang notabene pembentuk
ras melayu (jawa,minang,bugis,mandailing) yang awlnya berasal dari Indonesia
lalu berimigrasi ke malaysia yang sebelumnya membawa kebudayaan asli indonesia
lalu mengenalkannya ke khalayak di seluruh kawasan negara malaysia.
4.
Faktor pameran kesenian indonesia di malaysia yang
secara tidak sengaja juga ikut mengajarkan kebudayaan indonesia secara
terperinci kepada masyarakat malaysia yang tertarik kepada kebudayaan negara
Indonesia.
5.
Keminiman budaya asli negara malaysia.
6.
Kesamaan ciri khas kebudayaan indonesia dengan malaysia
dari faktor kesamaan alat musik nada sebuah lagu, serta adat budaya tersebut.
7.
Kebudayaan tradisional yang notabene telah berabad -
abad ada dan tidak adanya saksi hidup pencipta kebudayaan tersebut (ex : lagu
daerah memang tanpa pencipta).
8.
Budayawan kita yang kurang mengerti akan kebudayaan
sendiri , namun budayawan malaysia mengerti dan paham akan seluk beluk
kebudayaan negara indonesia (khususnya melayu).
9.
Penyampaian budaya sendiri (minimal:khusus daerah jawa
tengah mengerti akan budaya jawa tengah) yang kurang tetapi penyampaian info di
kancah internasional lebih luas dan terperinci.
10. Kesamaan
ras yang mungkin mengakibatkan adanya ideologi bahwa indonesia dan malaysia itu
satu di mata orang - orang malaysia jadi kepemilikan budaya pun bisa di samakan
(intinya antara indonesia dan malaysia itu sama semua jadi klaim mengklaim itu
tidak salah di mata malasyia ).
11. Faktor
awal lahirnya negara indonesia dengan malaysia , malaysia beranggapan bahwa
antara malaysia dengan Indonesia itu lebih tua malaysia , jadi malaysia berhak
mengklaim kebudayaan Indonesia karena mereka beranggapan kebudayaan Indonesia
ada karena kebudayaan malaysia jadi asal usul kebudayaan Indonesia berawal dari
malaysia.
·
Faktor
pengklaiman karena globalisasi.
Era globalisasi, tentu akan
berpengaruh pada dinamika budaya di setiap negara. Khususnya di Indonesia, hal
ini bisa dirasakan dan sangat menonjol saat ini. Begitu bebas budaya yang masuk
dari berbagai arus kehidupan. Pribadi yang ramah-tamah juga sangat mendukung
masuknya berbagai budaya tersebut. Ditambah lagi generasi muda kita yang
terkesan bosan dengan budaya yang mereka anggap kuno. Namun, masuknya budaya
dari luar justru kerap berimbas buruk bagi bangsa ini. Misalnya budaya
berpakaian, gaya hidup (life style), segi iptek, maupun adat-istiadat. Kesemua
itu berdampak sangat buruk dan dapat dengan mudah dapat menggeser budaya asli
yang ada di Indonesia.
Kita sebenarnya belum siap menerima
era globalisasi. Gaya hidup kita semakin menjurus ke arah barat yang individual
dan liberal. Budaya gotong-royong pun semakin memudar. Dari segi iptek,
sebagian besar juga berdampak buruk bagi kita. Yakni penyalahgunaan teknologi
kerap kali terjadi. Kemudian, belum ada filterisasi budaya yang masuk. Begitu
mudah budaya masuk tanpa ada penyaringan kesesuaian dengan budaya asli kita.
Akibatnya kita seperti berjalan mengikuti perkembangan zaman yang semakin
modern. Tetapi sayangnya budaya luhur yang dulu melekat dalam diri, perlahan
semakin menghilang. Parahnya, budaya daerah yang ada justru kita abaikan.
Dampak yang paling buruk terjadi ialah hilangnya budaya-budaya yang menjadi ciri khas di beberapa daerah. Bahkan terjadi pencurian atau sering kita dengar pengklaiman budaya nasional oleh negara lain. Sungguh disayangkan hal itu bisa dialami bangsa Indonesia. Akhir-akhir ini negara tetangga kita mengklaim begitu banyak budaya dari Indonesia. Bisa kita ambil contoh, batik, reog ponorogo, masakan rendang dari Sumatra Barat, kuda lumping, lagu rasa sayange, alat musik angklung, gamelan dari Jawa serta tari piring. Sampai yang terkini adalah tari pendet dari Bali, dan masih banyak lagi. Ini semakin menunjukkan bahwa kita lemah dalam menjaga jati diri dan mudah kecolongan oleh negara lain.
Dampak yang paling buruk terjadi ialah hilangnya budaya-budaya yang menjadi ciri khas di beberapa daerah. Bahkan terjadi pencurian atau sering kita dengar pengklaiman budaya nasional oleh negara lain. Sungguh disayangkan hal itu bisa dialami bangsa Indonesia. Akhir-akhir ini negara tetangga kita mengklaim begitu banyak budaya dari Indonesia. Bisa kita ambil contoh, batik, reog ponorogo, masakan rendang dari Sumatra Barat, kuda lumping, lagu rasa sayange, alat musik angklung, gamelan dari Jawa serta tari piring. Sampai yang terkini adalah tari pendet dari Bali, dan masih banyak lagi. Ini semakin menunjukkan bahwa kita lemah dalam menjaga jati diri dan mudah kecolongan oleh negara lain.
·
Kesadaran
generasi muda yang kurang akan pentingnya budaya.
Untuk mempertahankan budaya
memang sangat dibutuhkan kesadaran yang kuat. Tidak hanya mengakui tetapi harus
ikut serta dalam pelestarian budaya. Dari kesadaran itulah akan muncul
upaya-upaya menjaga, melindungi budaya asli daerah sehingga akan tetap utuh.
Sehingga, tidak mungkin akan diakui negara lain.
·
Perpindahan
penduduk menyebabkan budaya kita diakui oleh negara lain.
Saat ini banyak penduduk
Indonesia yang bekerja di luar negeri. Bahkan banyak pula yang telah menetap di
sana menjadi warga negara tempat ia tinggal. Perpindahan tersebut tidak menutup
kemungkinan akan diikuti perpindahan budaya. Budaya-budaya dari Indonesia pasti
ada yang diterapkan di negara lain tempat mereka bekerja. Inilah yang
menyebabkan keinginan negara lain untuk mengakui budaya Indonesia. Karena
mereka menganggap budaya itu sudah biasa mereka lihat di negaranya.
·
Pemerintah
kurang perhatian terhadap kekayaan budaya nasional.
Buktinya, salah satu kesenian
dari Jawa Timur yaitu Reog Ponorogo sempat menjadi perdebatan kepemilikan
dengan pihak Malaysia. Padahal dari namanya saja sudah jelas bahwa itu milik
Indonesia. Sebenarnya hal itu bisa disiasati dengan mendaftarkan hak cipta
budaya. Supaya dunia internasional mengakui atas kememilikan budaya Indonesia.
Kemudian, kurangnya sarana untuk menampilkan budaya asli Indonesia kepada
masyarakat luas. Ini bukan masalah yang kecil, melainkan masalah yang
menyangkut ciri khas bangsa kita. Harus segera diatasi, agar tidak ada lagi
budaya kita yang diambil pihak luar.
BAB III
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Jadi untuk mendukung sebuah ketahanan
nasional kita harus bisa menjaga budaya itu dan melestarikan budaya itu sendiri
agar tidak punah dan di ambil negara lain. Misal dengan membuat hak paten atau
membuat hak cipta, mengumumkan kepada dunia bahwa itu hasil karya kita. Dan
yakin bahwa kesenian Indonesia sangat kaya, hasil karya seorang seniman tak
akan hilang tetapi hanya terabaikan, jadi sebagai generasi muda kita harus
menghargai Sosial ,Kesenian, dan Budaya yang ada di Indonesia.
Sebagai
seorang mahasiswa, ada satu cara untuk mempertahankan dan melestarikan budaya
kita. Yaitu memanfaatkan teknologi informasi yang semakin berkembang pesat.
Perkembangan teknologi informasi seperti internet, handphone, radio maupun
televisi, merupakan sarana yang paling efektif dalam upaya pengenalan seluruh
budaya Indonesia pada masyarakat luas khususnya pelajar. Sekaligus sebagai
upaya mempertahankan budaya kita dari ancaman pengakuan budaya oleh negara
lain.
5.2 Saran
Sebagai jiwa
muda Indonesia, kita wajib mempertahankan dan melestarikan Budaya-Budaya milik
Indonesia. Jangan sampai Negara-Negara lain mengklaim Budaya kita. Karena
banyak sekali di Indonesia ini Budaya-Budaya yang harus kita ketahui, dan ada
banyak sekali Budaya di Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
kaelan. 2012. Pendidikan
Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta:Paradigma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar